Sering sekali terlintas dalam pikiran
manusia tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta. Manusia meyakini bahwa
apapun yang ada di alam semesta pastilah ada penciptanya. Terkadang pikiran ini
membuat manusia bertanya-tanya “Siapakah yang menciptakan Allah SWT? Bukankah
segala sesuatu ada pendahulunya?”.
Bila pertanyaan ini tidak mendapatkan
jawaban yang memuaskan, maka manusia akan menjadi tersesat yang mengakibatkan
dirinya jatuh ke dalam lembah Jahannam yang amat mengerikan. sebab mereka akan menganggap bahwa Allah itu adalah khayalan manusia belaka. Islam adalah agama
yang sangat rasional mampu untuk menjawab pertanyaan manusia yang menuntut
kepuasaan batin. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita baca kisah di
bawah ini
*DEBAT ABU HANIFAH
DENGAN ILMUWAN ATHEIS*
Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari
kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk
mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia
hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah
banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas
mimbar. Dia
menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu
Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah
saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan”.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap
merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, “sekarang apa yang akan kita perdebatkan! “.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap
merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, “sekarang apa yang akan kita perdebatkan! “.
Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai
pertanyaannya :
pertanyaannya :
Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula
melahirkan”.
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula
melahirkan”.
Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan
tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang
mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang
mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada
tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan
bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu
tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu
tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Atheis :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti
besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak tahu zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak tahu zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!
Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala
sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada
akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Angka dimulai dengan 1, namun angka tidak ada akhirnya.
Abu Hanifah : Angka dimulai dengan 1, namun angka tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air
kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan
habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
Atheis : “Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan,
apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?”
“Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya
menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon
tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”,
pinta Abu Hanifah.
pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
Ilmuwan kafir mengangguk.
Abu Hanifah: “Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak
dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang
berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya
seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak,
dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian
pekerjaan Allah setiap waktu”.
Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu
pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan
ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.
*Salah satu tugas agama ialah memelihara akal.*
*Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir & merenungkannya. *
*Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir & merenungkannya. *
wah masuk di akal juga ya semoga bermanfa't..Amin3 ya allah....
BalasHapusSubahannallah. Merinding bacanya :')
BalasHapus0.5+0.5=1
BalasHapusitu bkn angka dlm satu bilangan,,dasar tolol lo
HapusHahah sumpah ni anak tolol bgt
HapusKl manusia sudah banyak akan dipanen loh
BalasHapusAlhamdulillah. Jawaban yang sangat memuaskan. Semoga yang bisa merenungkannya dapat hidayahNya. Amien
BalasHapus