Aku tidak tahu sekarang aku harus menulis
apa. Namun yang jelas apa yang aku rasakan, kau tak pernah merasakannya. Cinta ini
terlalu berat untuk aku jalani, sebagai manusia biasa, aku mulai tidak
menyadari siapa diriku yang sebenarnya, bahkan aku tidak mengerti bagaimana
keadaan jiwa dan raga ini.
Ada
satu hal yang tak pernah kau sadari , bahwa cinta kasihku telah tumbuh dan
berkembang sejak seribu tahun yang lalu. Sejak saat itu, aku telah mengukir
segala resah cintaku pada hamparan pasir dan bebatuan. Dengan seperti itu, aku
berharap kau datang meminta lukisan cinta, yang telah kuwarnai dengan
kesetiaan.
Waktu
demi waktu berlalu, namun kau tak kunjung datang. Aku merana, aku kesepian dan
aku menderita di sini tanpamu. Segala macam obat telah datang tuk sembuhkanku. Tetapi
hanya dirimu yang kuharapkan untuk mengobati sakitku.
Kau
selalu bilang dirimu akan pergi. Jika suatu saat nanti aku yang harus pergi
dari dirimu dan dari dunia ini, maka kuharapkan keikhlasanmu untuk berbahagia
atas semua yang menimpaku.
Aku merelakan kepergianmu, bukan karena aku ingin meninggalkanmu. Aku
hanya ingin melihatmu selalu berbahagia. Aku tak peduli dengan segala perih
yang harus kuderita. Namun sejauh apapun kau pergi, jangan pernah melupakan aku
sebagai orang yang mencintaimu. Aku akan tetap menyendiri di padang tandus ini
untuk menunggu kedatanganmu, menunggu kehadiranmu, dan menunggu cintamu
untukku. Aku akan selalu menyebut namamu setiap saat, setiap waktu, dan setiap
aku merindukanmu, sehingga yang terucap di bibir ini hanyalah namamu.
Aku selalu dilanda perih dan cemburu, namun selalu saja aku tahan. Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir. Biarlah cinta ini kuserahkan kepada Tuhan, demi cintaku kepadamu
Aku selalu dilanda perih dan cemburu, namun selalu saja aku tahan. Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir. Biarlah cinta ini kuserahkan kepada Tuhan, demi cintaku kepadamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar